Rasa rindu dan bayangannya masih melekat di pikiran.
Masih teringat semua hal baik tentangnya dan canda tawa bersamanya.
"We're just friend, that's it". Itu katanya.
Rindu adalah bagian dari proses melangkah maju.
Menatapnya yang berjalan bersisian namun di jalur berbeda.
Lama kelamaan bayangnya menghilang, terpisah di antara kesibukan dan hari demi hari yang menyesakkan.
Persis seperti perpisahan di jalur tol Purbaleunyi; aku mau ke Bandung, dia ke Cikampek. Lalu sama-sama menghilang tertutupi jalur hijau dan lajur yang sudah berbeda.
Masih kudengarkan suara merdumu mengantar lelapku, melepas rindu dengan kenangan dan bahagiaku bersamamu.
Selamat berjuang menghalau pandemi.
Selamat membesarkan cita-citamu dengan apa yang telah kamu bangun.
Dari aku yang mungkin di matamu sama seperti orang lain.
Sama pentingnya atau sama tidak pentingnya untukmu.
"We're just friend...", katamu.
Selama aku masih sendiri, kapanpun kamu datang, pasti akan kusambut.
Walau rindu, aku belajar untuk tidak sedih.
Aku merajut mimpiku sendiri, siap terbang, meninggalkan kepompong yang sudah kucoreti temboknya dengan rencana dan harapan.
Nanti kukabari jika sayapku siap berangkat jauh, nanti kukabari untuk pamit dan berterimakasih.
Nada demi nada mengalun seiring detik,
Terimakasih sudah memperkenalkan kepadaku perasaan dihargai, dihormati, dan diapresiasi.
Tertanda aku,
yang sedang rindu.
Comments
Post a Comment