Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan Over-Stimulus Dopamine.
Sudah lama ya, sejak SMA...
Gue semakin jauh dari yang namanya berbahagia dalam hening.
Bahagia karena proses.
Bahagia karena memang gue mengerjakan apa yang membuat gue bahagia.
Gue sudah 6 tahun bekerja.
Tidak juga membuat gue selesai dengan diri gue.
Usia gue sudah 28 tahun menjelang 29 tahun.
Belum juga merasa utuh.
Gue bersyukur dengan apa yang gue punya.
Bahkan gue bisa mengatakan hidup gue hari ini adalah hidup yang jauh lebih baik ketimbang hidup gue 10 tahun yang lalu.
Gue semakin bisa mengontrol emosi,
Gue semakin bisa bertanggung jawab akan hidup gue,
Gue semakin bijak apabila ada masalah,
Gue memiliki banyak teman dan sahabat yang benar-benar baik.
Gue semakin bisa bijaksana dalam menilai suatu hal.
Namun ternyata gue masih membutuhkan suntikan "Dopamine" dari luar.
Tidak masalah jika tidak berlebihan,
Hanya saja gue merasa gue mengambil porsi terlalu banyak.
Sekalipun dalam hening,
Gue masih tetap mencari keramaian - meski pasif.
Keramaian semu.
Keramaian yang hanya kutatap dari layar meski gue tidak berbicara.
Sampai akhirnya gue sadar.
Gue sebenarnya merasa sedih.
Ada sedih yang gue pendam jauh di dalam diri gue.
Bahkan ketika ada di situasi yang menyedihkan, gue membutuhkan waktu untuk bertanya "gue perlu sedih ga? gue boleh sedih? gue boleh nangis gak?" ke diri sendiri.
Barulah menangis.
Gue terlalu banyak bergantung dari rasionalitas, logika gue.
Pandai melihat masalah orang dari banyak sisi, tapi lupa menerapkan ke diri sendiri.
Gue, dengan perasaan kosong, seolah tak berdaya dan tak berguna.
Bingung harus apa.
Harus apa lagi yang dilakukan.
Banyak orang yang menyuruh gue beristirahat dari ambisi, kembali ke titik paling mendasar.
"Istirahat, Gifrina, kamu tuh capek".
"Istirahat, Gifrina, sembuh dulu".
"Istirahat, Gif, jangan ambil keputusan saat masih mendendam".
Semua kejadian di masa lalu yang menimbulkan trauma, menimbulkan rasa sakit; gue pikir, gue sudah selesai dengan hal itu.
Ternyata gue hanya membalut luka tanpa mengkonsumsi obat. Lukanya belum kering. Hanya diperban, ditutupi. Entah luka dari kejadian yang mana, tapi gue masih membawa luka.
Gue gak tau harus mulai darimana, harus ke arah mana;
Udah waktunya gue pulang.
Pulang ke diri sendiri.
Pulang ke diri gue yang sesungguhnya.
Belajar mengenali hati gue yang sudah bertahun-tahun gue campakkan keberadaannya,
Belajar kembali mencintai hati gue yang - sebenarnya - mudah rapuh,
Belajar kembali menerima diri sendiri,
Belajar berdamai dengan kurang lebihnya.
Gue mau pulang,
Pulang ke diri sendiri.
Pulang menjemput diri sendiri dari penjara dalam kastil yang temboknya gue buat sendiri.
Pindah, menjadikan diri sendiri rumah yang lebih baik, rumah yang lebih terang, lebih tenang, lebih bersih.
Ditulis dengan air mata mengalir:
"Hey Gif...
Ini aku pulang, mau minta maaf sama kamu,
kamu yang sudah berkubang luka sejak lama,
Maaf aku sudah durhaka terlalu banyak.
Aku tahu kamu sakit, menahan dan menyimpan luka terlalu lama.
Jadi, kamu harus sembuh, istirahat yang tenang.
Aku mau jemput kamu pulang ke tempat baru.
Tempatmu bukan di penjara masa lalu,
Masa depan sangat cerah.
Ayo kita buat pengalaman baru yang lebih baik.
Kamu harus sembuh,
Aku tau kamu bisa,
Karena kamu kuat,
Dan aku percaya itu..."
The casino has a huge number of slots, table games
ReplyDeleteThe 서울특별 출장안마 casino has a huge number of slots, table games, video poker, keno, roulette, and keno. The casino has a 목포 출장샵 huge 경상남도 출장샵 number 서산 출장샵 of slots, table games, 서귀포 출장마사지 video poker, keno,